Indahnya Islam Nusantara, Menggabungkan Cinta Negara dengan Cinta Islam
SuaraNetizen.com - Pada kegiatan Haul ke-22 KH Asrori Ahmad, Senin (16/5) lalu di Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj tak henti-henti mengingatkan akan indahnya Islam Nusantara.
Kiai Said menyebutkan beberapa nama ulama Indonesia beserta karyanya yang masih dikaji di berbagai penjuru dunia. Salah satu di antaranya adalah Syarah Alfiyah oleh Syekh Mahfudz Termas yang menjadi bacaan wajib di Universitas Al-Azhar, Mesir.
Ulama Indonesia, jelas Kiai Said, tidak kalah dengan ulama-ulama dari Mesir, Aljazair, Tunisia, dan lain-lain. “Sudah selayaknya kita bangga akan bangsa kita. Islam di Nusantara berkembang oleh Wali Songo dan ulama-ulama yang membawa nilai luhur,” imbuh Pengasuh Pesantren Ats-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini.
Dijajah selama 350 tahun oleh Belanda saja, tidak sedikitpun kiai dan pesantren terpengaruh oleh budaya mereka. Namun sebaliknya, mentralisir diri untuk mengikuti penjajah. "Untuk apa itu? Ya demi mempertahankan budaya Indonesia!" tegas Guru Besar Ilmu Tasawuf ini.
Pada haul malam itu, dinyanyikan pula, lagu Ya Lal Wathon gubahan KH Wahab Chasbullah setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya, sebuah syair yang berisi tentang nasionalisme muslim Indonesia.
Kiai asal Kempek Cirebon ini menjelaskan bahwa ada negara yang mementingkan rasa cinta negara saja, ada pula yang hanya mencintai agama semata. Namun, Indonesia adalah negara yang menggabungkan keduanya.
“Hanya ulama Indonesia yang berhasil menggabungkan dua konsep itu. Dari redaksi KH Hasyim Asyari-lah tercipta Hubbul Wathoni minal Iman. Bahwa iman kita tidak lengkap tanpa memiliki rasa nasionalisme,” terang Kiai Said. (Lina Juhaidah/Fathoni/NU.or.id)
Komentar
Posting Komentar