Duterte Pertanyakan Keberadaan Tuhan, Dimana Tuhan Ketika Kejahatan Terjadi
SuaraNetizen.com - Tak hanya mendorong warganya untuk membunuh para bandar, pengedar, dan pengguna narkoba, Presiden Filipina Rodrigo Duterte berencana untuk mengembalikan hukuman mati di negaranya. Menurutnya, hukuman tersebut adalah untuk menimbulkan efek jera bagi para pelaku kriminal.
“Semua presiden tidak memberlakukan (hukuman mati) hanya karena Gereja Katolik dan semua orang mengatakan hanya Tuhan yang dapat membuat orang mati. Namun bagaimana jika tidak ada Tuhan?,” ujar Duterte, seperti dikutip dari CNN, Rabu (28/9).
Ucapan Duterte tersebut merupakan argumentasinya kala berpidato di Malacanang, Senin (26/9) silam. Menurutnya, para presiden Filipina yang menjabat sebelumnya tidak memiliki keinginan politik untuk menggunakan hukuman mati sebagai metode untuk memberikan efek jera para pelaku kriminal.
“Ketika seorang bayi berusia 1 tahun atau bayi 18 bulan diambil dari tangan ibunya dan dibawa, kemudian diperkosa dan dibunuh, dimana Tuhan? Tuhanku, di mana Kamu?,” tanya Duterte berapi-api.
Namun sebelum pernyataannya dipertanyakan oleh sebagian besar warga Filipina, Duterte buru-buru mengklarifikasi. Mantan Wali Kota Davao tersebut mengakui bahwa dirinya mempercayai keberadaan Tuhan, namun ia mempertanyakan keberadaan-Nya ketika dalam situasi yang genting.
“Saya percaya Tuhan, tapi itu pertanyaan besar saya: Ke mana Dia ketika kami membutuhkan-Mu? Ia akan menghakimi orang yang hidup dan mati di akhir dunia, lalu apa tujuan dari semua sakit hati dan penderitaan yang sudah terjadi sebelumnya di dunia ini?,” ujar Duterte lagi.
Duterte adalah sosok yang dibesarkan di bawah didikan seorang pendeta, mulai dari sekolah dasar hingga menempuh pendidikan tinggi hukum. Namun dalam perjalanan hidupnya, ia menemukan begitu banyak ketidakadilan terhadap korban kejahatan yang membuatnya mempertanyakan keberadaan dan kegunaan Tuhan.
Komentar
Posting Komentar