Banyak Padepokan Abal-abal, NU Himbau Warga Hati-hati Pilih Guru Spiritual
SuaraNetizen.com - Tempat mengaji seperti padepokan tak jarang menjadi pilihan masyarakat sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun, saat ini masih ada saja ada oknum yang mendirikan padepokan dengan ajaran menyimpang untuk memperoleh keuntungan tertentu.
Seperti Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi dan Gatot Brajamusti misalnya. Sekian lama berdiri, dua pendiri padepokan itu akhirnya terjerat dalam kasus yang berbeda oleh aparat kepolisian.
Katib Aam PBNU Periode 2010-2015, KH Malik Madani mengimbau agar masyarakat bisa berhati-hati mencari guru spiritual.
"Masyarakat kita ini sedang banyak mengalami kebingungan, sebetulnya mereka ini ingin mencari jalan keluar yang baik dengan berlindung kepada aktivitas spiritual. Makanya harus berhati-hatilah masyarakat kita ini dalam mencari guru spiritual," kata Malik saat dihubungi Okezone, di Jakarta, Kamis (29/9/2016).
Ciri padepokan yang benar, sambung Malik, adalah yang tidak mengajarkan ajaran yang menyimpang dari agama dan tidak menggunakan cara-cara aneh. Seperti yang dilakukan Taat Pribadi di Padepokan Dimas Kanjeng misalnya, para pengikutnya diminta mengumpulkan uang sekira Rp2 juta yang nantinya akan ditukar dengan kotak, namun belum boleh dibuka hingga batas waktu yang ditentukan.
Mirisnya, orang yang percaya dengan ajaran Kanjeng Taat Pribadi bukanlah kalangan menengah ke bawah melainkan berpendidikan seperti TNI-Polri. Bahkan, mantan anggota DPR, Marwah Daud yang memiliki gelar S3 pun menjadi salah satu pembelanya.
"Itu pertanda masyarakat yang sedang sakit atau mungkin dalam istilah menterengnya 'the sick nation'. Yang tidak lagi sanggup menggunakan nalar yang sehat menghadapi problematika kehidupan. Masyarakat yang ingin instan menyelesaikan persoalannya, ingin menjadi kaya tapi tidak mengikuti prosedur yang wajar," paparnya.
Dalam memilih guru spiritual, Malik mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan penggunaan sorban dan jubah yang identik dengan pakaian umat Islam di Makkah. Sebab, bisa saja mereka menggunakan simbol agama sebagai bentuk kamuflase. Apalagi, jika guru spiritualnya menggunakan cara aneh dalam pengajarannya.
"Jangan terpedaya dengan keanehan yang dimiliki seorang tokoh, sebab itu bukan pertanda dia dekat dengan Tuhan bisa saja dekat dengan setan. Dalam ajaran Islam ada istilah aulia urrahman dan sebaliknya aulia usyaitan. Jadi orang yang dikasihi Allah itu disebut aulia urrahman,tapi ada orang-orang yang punya kelebihan bukan dari Allah tapi dari setan. Makhluk jahat itu yang disebut aulia usyaitan," tutupnya. (Okezone)
Komentar
Posting Komentar