Ketika Awan Jelmaan Malaikat Menaungi Pembaca Al Quran

  

Salah seorang sahabat Nabi yang bersuara merdu) membaca surat Al-Baqarah. Kudanya yang ia ikat tidak jauh darinya tiba-tiba melonjak gelisah. Ketika ia berhenti membaca, kuda itu tenang kembali.

Tatkala ia melanjutkan bacaannya, kuda itu terlihat gelisah kembali. Begitu seterusnya. Kemudian ia berhenti membaca karena khawatir atas anaknya, Yahya, yang berdiri di dekat kuda itu cedera. Ketika ia pergi membawa anaknya itu, ia mendongak ke angkasa. 

Esok paginya ia memberitahukan hal itu kepada Nabishallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, "Bacalah, wahai Ibnu Khudhair! Bacalah, wahai Ibnu Khudhair!"

Usaid bin Khudhair menjawab, "Ya Rasulullah! Anakku berada di dekat kuda itu dan aku khawatir kuda itu mencederainya. Maka, kubawa ia, lalu kudongakkan kepalaku ke langit dan kulihat awan bergumpal di langit seperti lampu-lampu, kemudian aku pun segera pergi."

Nabi saw bersabda, "Tahukah kamu apa yang telah terjadi?"

"Tidak," jawab Usaid bin Khudhair.

Nabi bersabda, "Mereka adalah para malaikat yang datang mendekatimu karena mendengar suaramu (membaca Al-Qur'an). Dan seandainya kamu tetap membaca Al-Qur'an hingga datang waktu fajar, maka awan itu akan tetap tinggal di situ hingga pagi hari seakan-akan tidak akan lenyap."

Hadits di atas mengindikasikan betapa agung keutamaan dan fadhilahnya orang yang membaca Al-Qur'an, lebih-lebih membaca pada waktu malam hari dan dibaca pula dengan suara yang merdu seperti Usaid bin Khudhair. Di kalangan sahabat ia memang dikenal memiliki suara yang merdu.

Selanjutnya orang atau kelompok yang suka membaca dan mempelajari Al-Qur'an, mereka akan mendapatkan suatu kedamaian batin (sakinah) dan rahmat Allah pun akan menaungi suatu majelis yang di dalamnya dibaca dan dipelajari Al-Qur'an. Hal itu sebagaimana keterangan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim sebagai berikut:  

Rasulullah Saw bersabda, "Suatu kaum tidak berkumpul di rumah dari beberapa rumah Allah untuk membaca Al-Qur'an dan mempelajarinya melainkan sakinah (ketenangan) turun kepada mereka, rahmat menutupi mereka, dan malaikat menyelimuti mereka bahkan Allah selalu meridhainya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Dalam Islam kedengkian atau sikap iri terhadap suatu nikmat yang dimiliki orang lain merupakan akhlak tercela (madzmumah). Tapi ada dengki dan iri yang diperbolehkan, salah satu dengki yang tidak dilarang tersebut  adalah iri atau dengki pada orang yang dikaruniai kepandaian Al-Qur'an dan mampu mengamalkannya. 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda, "Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang: Yaitu seseorang yang kepadanya Allah mengajarkan Al-Qur'an dan ia membacanya kala siang dan malam dan tetangganya yang mendengarkannya berkata, 'seandainya diberikan kepadaku apa yang telah diberikannya si fulan, maka aku akan melakukan apa yang dilakukan si fulan' dan seseorang yang Allah memberikan kepadanya kekayaan dan ia membelanjakannya dengan adil dan benar, sehingga orang yang melihatnya pada berkata, 'seandainya diberikan kepadaku apa yang diberikan kepada si fulan, maka aku akan melakukan apa yang dilakukan si fulan'. (HR. Bukhari)    

M Haromain, Depertemen Ta'lim wa Lughah di Pesantren Nurun ala Nur Bogangan Wonosobo (NU.or.id)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Foto Rontgen Eno, Gagang Cangkul Menembus hingga Paru paru, Bikin Ngilu

Di India, Pengemis Berwajah Gajah ini Disembah-sembah

Perampokan dan Pembunuhan Sadis di Pulomas, 11 Orang ditumpuk dikamar mandi, 6 Tewas, Begini Kronologinya dan Foto tanpa Sensornya