5 Tradisi Unik dan Aneh di Indonesia Saat Gerhana Matahari
5 Tradisi Unik dan Aneh di Indonesia Saat Gerhana Matahari ~ Indonesia akan disambangi peristiwa cukup langka yaitu Gerhana Matahari Total. Sebelumnya gerhana matahari total pernah terjadi di Indonesia yaitu pada tahun 1983.
Gerhana Matahari Total tahun 2016 ini akan melintasi 12 provinsi di Indonesia, seperti Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Saat ini gerhana matahari total dipandang sebagai fenomena alam tertutupnya matahari oleh bulan sehingga hari menjadi gelap. Namun bagi masyarakat Indonesia di zaman dulu, gerhana matahari total ini dianggap peristiwa yang menakutkan sehingga memunculkan mitos dan takhayul.
Mitos dan takhayul itu melahirkan tradisi khas menyambut gerhana di banyak kebudayaan di Indonesia. Uniknya, ternyata ada kemiripan tradisi tersebut mulai dari Jawa, Kalimantan, hingga Maluku Utara. Berikut ini adalah mitos dan tradisi paling unik di Indonesia saat gerhana matahari total seperti yang dikutip dari wartainfo.com :
1. Tradisi Gejog lesung di Yogyakarta
Gejog lesung adalah tradisi khas masyarakat Yogyakarta saat gerhana. Lima sampai enam orang memukuli lesung (tempat menumbuk padi) dengan alu (kayu penumbuk) sehingga menimbulkan irama.
Dalam mitologi setempat, gerhana terjadi karena matahari dimakan raksasa Kala Rahu atau Kala Rawu mencuri air suci yang bisa memberikan hidup abadi. Namun saat air baru sampai di tenggorokan, lehernya keburu dipenggal oleh Bhatara Wisnu.
Badan Kala jatuh ke bumi, sementara kepalanya masih melayang-layang dan membalas dendam dengan memakan matahari. Lesung padi mewakili tubuh Kala itu sehingga memukulinya dianggap bisa membuat kepala Kala segera memuntahkan matahari.
2. Tradisi Garantung di Kalimantan Tengah
Masyarakat di Kalimantan Tengah punya tradisi meramal saat menyambut gerhana matahari. Ada kepercayaan di kalangan masyarakat bahwa gerhana matahari total adalah pertanda akan terjadinya peristiwa besar.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah, Joel Tanggara, menjelaskan, pertanda itu bisa berarti kesejahteraan semakin baik atau sebaliknya akan ada malapetaka. Demi mengetahui kejadian di masa depan itu baik atau buruk, mereka akan berebut minta diramal nasibnya oleh tetua adat. "Tradisi meramal setelah gerhana sudah turun-temurun dari nenek moyang," kata Joel.
Saat gerhana matahari total 9 Maret 2016 nanti, tradisi ini akan jadi daya tarik pariwisata tersendiri di Palangkaraya dan sekitarnya. Joel mengatakan, turis yang ke Kalimantan Tengah biasanya tertarik dengan aktivitas tradisional seperti meramal tersebut. "Jadi akan terus kami lestarikan sebagai bentuk kearifan lokal," ujar Joel.
Selain meramal, ada juga tradisi menabuh garantung, sebutan untuk gong di desa-desa pedalaman Kalimantan Tengah. Tak hanya garantung, semua benda-benda yang bisa menimbulkan suara keras juga akan dipukul.
Menurut kepercayaan setempat, terjadinya gerhana matahari total adalah akibat perkelahian surya dengan bulan. Memukul garantung dan menciptakan kegaduhan dipercaya bisa melerai duel itu.
3. Pukul Kaleng dan Seng di Timor
Tradisi menyambut gerhana dengan memukul benda-benda agar menimbulkan suara nyaring juga ada di Nusa Tenggara Timur. Penduduk Pulau Timor akan memukul kaleng atau seng bekas.
Suara nyaring yang ditimbulkan itu dipercaya bisa membuat gerhana cepat berlalu. Kebiasaan memukul seng dan kaleng ini juga dilakukan saat gerhana bulan.
4. Tradisi Dolo-Dolo di Ternate
Tradisi dolo-dolo adalah memukul kentongan dari bambu secara bersama-sama. Saat gerhana, kentongan dipukul hingga matahari kembali terang.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Ternate Anas Konoras menjelaskan, tradisi ini berakar dari kepercayaan masyarakat di Maluku Utara bahwa gerhana terjadi akibat ditelannya matahari oleh seekor naga sehingga bumi menjadi gelap.
Dolo-dolo sebenarnya sarana mengumpulkan orang banyak untuk berbagai tujuan. Namun saat gerhana, dolo-dolo juga dijalankan. Selain membunyikan kentongan masyarakat juga memukul tifa dan peralatan dapur agar muncul suara bising demi menghentikan naga memakan matahari.
5. Memukul Tempurung Kelapa di Jailolo
Memukulkan tempurung kelapa menjadi tradisi menyambut gerhana matahari di Jailolo, Halmahera, Maluku Utara. Cara turun-temurun ini juga dilakukan ketika terjadi gerhana bulan.
Selain tempurung kelapa, masyarakat Jailolo juga keluar dari rumah saat gerhana. Mereka membawa barang-barang dari dalam rumah yang jika dipukul bisa menimbulkan suara bising seperti ember dan panci.
Pada 9 Maret 2016, masyarakat lokal dan pendatang akan beramai-ramai memukul tempurung kelapa saat gerhana matahari total melintasi daerah ini.
Komentar
Posting Komentar